Pura Taman Ayun Mengwi Bali, Sejarah & Harga Tiket

Pura Taman Ayun Mengwi Bali, Sejarah & Harga Tiket

Pura Taman Ayun atau bisa disebut Pura Raja Mengwi terletak di kecamatan Mengwi, kabupaten Badung, Bali. Pura Kerajaan Mengwi adalah Pura Paibon atau Pura Pedarman Raja Mengwi untuk memuja arwah leluhur para raja berupa Gedong Paibon.

Selain itu dibangun Meru – Meru yang bertujuan untuk menyembah dewa-dewa, bagi masyarakat kerajaan Mengwi di minta kemakmuran.

Taman ayun merupakan peninggalan sejarah dari kingdong Mengwi. Pada tahun 2012 UNISCO mendirikan Pura Taman Ayun sebagai bagian dari situs warisan budaya dunia .

Pura Taman Ayun adalah Pura Hindu yang sangat indah dengan desain unik dengan gaya khas arsitektur Bali dan dikelilingi oleh kolam ikan berukuran besar yang terlihat seperti terapung di atas air.

Pura ini tampil dengan keunikan bentuk bangunan pura dengan gaya tingkatan menjulang tinggi yang dihiasi dengan ornamen khas Bali dengan nilai seni tinggi yang memberikan kesakralan bagi pura nya.

Pembangunan Taman Ayun

Dibangun pada tahun 1634 dan direnovasi secara ekstensif pada tahun 1947. Bangunannya sangat besar dan luas, dan parit yang elegan merupakan fitur yang tidak biasa.

Fungsi Pura Taman Ayun adalah sebagai tempat persembahyangan dewa dalam perwujudannya. Hal tersebut sesuai dengan kandungan Babad Mengwi dan keberadaan struktur bangunan pura, khususnya pura yang berada di area ketiga (Jeroan).

Menurut Astadewata, Dewa khusus yang disembah di Pura Taman Ayun adalah Dewa yang bermanifestasi sebagai Dewa Wisnu yang istananya terletak di puncak Gunung Mangu.

Dalam papirus Usana Bali disebutkan bahwa salah satu Dewa Catur Lokapalas yang melaksanakan pemujaannya adalah Meru Pucak Pangelengan yaitu sebuah bangunan pura dengan 9 atap bertingkat.

Dewa Pitara adalah dewa jiwa suci para leluhur yang juga disebut sebagai nama lain dari Hyang Pitara atau Dewa Hyang.

Baca Juga : Pura Ulun Danu Beratan Bedugul Bali

Dewa Pitara wajib disembah oleh ahli waris marga (Prati Sentana) dalam bentuk upacara pura yang artinya sama dengan upacara kepada dewa.

Keberadaan pemujaan kepada Dewa Pitara di Pura Taman Ayun dapat dicari dan dibuktikan berdasarkan keberadaan bangunan pura yang terletak di sebelah timur yang disebut Paibon yang merupakan Pura Istimewa.

Pura Taman Ayun dalam kapasitas atau statusnya sebagai altar khusus keluarga Raja Keraton Mengwi atau sebagai Merajan Agung dari Keluarga Raja Mengwi khusus bagi pendiri Kerajaan Mengwi yaitu I Gusti Agung Putu.

Upacara Pura datang setiap siklus 210 hari dalam kalender Pawukon, odalan  berlangsung setiap 210 hari pada hari yang disebut Anggara Kasih. Upacara odalan terdiri dari beberapa hari.

Sejarah Taman Ayun Berdasarkan Data Arkeologi

Sejarah Pura Taman Ayun

Berdasarkan Lontar Babad Mengwi (Lontar = prasasti yang terbuat dari daun lontar, Babad = sejarah), pura yang sekarang disebut Pura Taman Ayun ini dahulu baru selesai disucikan pada tahun 1634 yang disebut dengan Pura Taman Ahyun .

Kata Ahyun berasal dari Hyun yang berarti keinginan, jadi Ahyun berarti keinginan. Pura Taman Ahyun artinya pura yang didirikan di dalam sebuah taman (kolam dengan taman bunga yang indah) yang dapat memenuhi keinginan tersebut. Dari kata Ahyun itu lembur berubah menjadi Kata Ayun.

Dalam Lontar Dwijendra Tattwa telah dijelaskan bahwa Danghyang Nirartha (seorang Pendeta Hindu yang menyebarkan agama Hindu di Bali) dalam perjalanan sucinya pernah melakukan yoga di suatu tempat dengan mata air yang dikelilingi pepohonan dan bunga-bunga yang bermekaran dengan aliran sungai yang terletak di sisi timurnya.

situs yoga. Daerah tersebut kemudian dinamai dengan ‘Taman Sari atau Pura Taman Wulakan’ , sedangkan daerah sekitarnya disebut dengan Mangapuri. Kata Mangapuri ini telah diramalkan berubah menjadi Mangui dan sekarang menjadi Mengwi. Manga atau Mango mungkin berasal dari kata Mangu ‘ yang berarti berpikir / bijaksana atau meditasi. Dari alasan itulah, Mangupuri menjadi sarana yang baik untuk yoga atau kontemplasi.

Sejarah Berdasarkan Data Arkeologi

Sejarah Pura Taman Ayun dapat diketahui dari data arkeologi yang ada di pura ini dan data dari Lontar Babad Mengwi.

  1. Berdasarkan data arkeologi bahwa pada bagian kiri depan pintu masuk pada saat memasuki pelataran jaba sisi Pura Taman Ayun terdapat dua bangunan yang disebut dengan Batu Aya dan Bedugul Krama Carik. Di sini, kita bisa menemukan peninggalan zaman tradisi megalitik berupa kelopak batu Menhir yang ditugaskan semakin naik tak beraturan. Semakin ke atas, kemudian semakin mengecil dan membentuk teras berbentuk limas. Berdasarkan keberadaan peninggalan tersebut, diketahui bahwa lokasi Pura Taman Ayun telah digunakan sebagai tempat kegiatan ritual terkait upacara kesuburan di bidang pertanian sejak berkembangnya tradisi megalitik sekitar tahun 500 SM.
  2. Data Babad Mengwi menyebutkan bahwa I Gusti Agung Putu merintis kekuasaannya dari pemberian tanah hutan dan menyeleksi masyarakat sebanyak 200 orang dari Kepala Desa Marga, I Gusti Babalang. Lahan hutan tersebut telah diratakan dan kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan istana dengan nama Puri Bala Ayu dan sekarang bernama Belayu .

Fungsi Pura Taman Ayun

Fungsi Pura Taman Ayun dapat ditentukan dari kandungan Babab Mengwi dan keberadaan struktur bangunan atau pelinggih termasuk fungsinya terutama yang terletak di kawasan utama pura.

  1. Ibadah Tuhan. Istadewata adalah dewa utama yang disembah di Pura Taman Ayun yang merupakan perwujudan dewa sebagai Dewa Wisnu yang juga disembah di Puncak Gunung Mangu (di puncak Gunung Mangu) dimana di Babad Mengwi disebut dengan Hyanging Parwata Gunung Mangu atau Danawa Lord.
  2. Di deretan Pelinggih (bangunan candi) yang terletak di sebelah utara terdapat bangunan candi (Prasada) setinggi kurang lebih 4 meter yang disebut dengan Candi Cili Gading sebagai pemujaan terhadap Dewi Cili Gading. Nampaknya yang dimaksud dengan Dewi Cili Gading adalah sebutan lain untuk Dewi Cili atau Dewi Sri atau Dewi Laksmi (istri Dewa Wisnu).

Harga Tiket

Harga tiket wisatawan domestik dikenakan biaya sebesar Rp 20.000, – sementara untuk wisatawan asing sebesar Rp 30.000, biaya parkir mobil Rp. 5000 dan sepeda motor Rp. 2000

Jam Buka

Buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah saat matahari terbenam. Dimana langit keemasan terbentang indah di balik pagoda candi.